Satuan Gramatik
Disusun
oleh :
NOVI
APRILIANI ANGGRAINI 13110050
Dosen
pengasuh : Dra. Elfrida Pasaribu
Grup
:
a
MATA
KULIAH : MORFOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN
PEMATANG
SIANTAR
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan
Yang Maha Esa karena kasih – Nya kami dapat menulis makalah. Terima kasih
kepada Dosen Dra.Elfrida Pasaribu yang
memberi kesempatan kepada kami untuk menulis makalah ini. Adapun makalah kami
adalah satuan gramatik.Makalah ini disususun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mengikuti mata kuliah Morfologi
Kiranya makalah ini dapat membantu dalam mengikuti mata
kuliah Morfologi
Pematang Siantar,
September 2014
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................................................. 1
1.3
Tujuan................................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
2.1 Pengertian satuan gramatik................................................................................ 2
2.2 Satuan gramatik bebas dan
terikat..................................................................... 13
2.3 Bentuk Tunggal dan bentuk komples....................................................... ......... 17
2.4
Morfem, morf, alomorf dan kata.............................................................. ......... 18
BAB
III KESIMPULAN...................................................................................................... 22
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morfologi mengkaji morfem dan seluk
beluknya, dan sudah banyak dibicarakan oleh para Linguist.
Satuan
yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang
paling besar adalah berupa kata.
Pembicaraan
tentang satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa afiks termasuk
dalam bidang morfologi, sedangkan pembicaraan tentang satuan gramatik yang
semua unsurnya berupa ; kata, frasa, klausa, dan kalimat termasuk dalam bidang
sintaksis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan satuan
gramatik?
2. Apa yang dimaksud dengan satuan
gramatik bebas dan satuan gramatik terikat?
3. Apa yang dimaksud dengan bentuk
tunggal dan bentuk kompleks ?
4. Apa yang dimaksud dengan morfem,
morf,alomorf dan kata ?
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk mendeskripsikan satuan
gramatik
2. Untuk mendeskripsikan satuan
gramatik bebas dan satuan gramatik terikat
3. Untuk mendeskripsikan bentuk tunggal
dan bentuk kompleks
4. Untuk mendeskripsikan morfem,
morf,alomorf dan kata
BAB II
PEMBAHAHASAN
2.1 Pengertian Gramatik
Jika kita mendengarkan tuturan seseorang atau seorang
informan dengan saksama, ternyata terdapat satuan-satuan yang berulang-ulang
dapat kita dengar, misalnya sepeda, bersepeda, sepeda-sepeda,
bersepeda-bersepeda, bersepeda ke pasar, aku membeli sepeda, sepeda baru,
dan lain sebagainya. Satuan-satuan yang mengandung arti, baik leksikal maupun
arti gramatik tersebut disebut satuan gramatik. Satuan gramatik mungkin berupa
morfem, misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan,
rumah, datang, sedang, baca, baru, mungkin berupa kata misalnya rumah,
membawa, diketahui, lempar lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa
frasa, misalnya akan datang, kerumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat
sekali, mungkin pula berupa klausa, misalnya Ia sedang berkunjung ke
rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat, mungkin juga
berupa kalimat, misalnya Kami berlari di pagi hari., dan mungkin pula
berupa wacana.
Jelasnya,
jika diurutkan satuan gramatik itu dapat berupa:
Morfem
Kata
Frasa
Klausa
Kalimat
Wacana
1. Satuan
gramatik berupa morfem
Morfem adalah bentuk yang paling kecil yang mempunyai arti yang terdapat
dalam dalam pembentukan kata dari setiap bahasa. Wujud morfem dapat
berupa imbuhan, partikel dan kata dasar.Jika ditinjau dari segi bentuknya,kata
dasar tergolong sebagai morfem karena wujudnya hanya sebagai satu morfem,misalnya
1. Imbuhan
atau afiks ber-, meN-, ber-an-, ke-, ke-an-, peN-, peN-an
2. Partikel lah-,kah-, pun-,
3. Baju
4. Pulpen
5. Handuk
6. Dari
7. Kayu
8. Pintu
9. Rumah
10. Jalan
11. Buku
12. Sepatu
13. Papan tulis
14. Hidup
15. Sisir
16. Penghapus
17. Kapur
18. Sapu
19. Sandal
20. Cincin
21. Kalung
22. Jalan
23. Besok
24. Anda
25. Lahir
26. Dapat
2. Satuan
gramatik berupa kata
Kata adalah
kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang
dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat, .misalnya ;
1. Rumah
2. Membawa
3. Kelupaan
4. Diketahui
5. Mereka
6. Mengikuti
7. Menulis
8. Berbicara
9. Tanah
10. Benda
11. Jumlah
12. Datang
13. Dari
14. Terpelajar
15. Tidur
16. Kemarin
17. Diam
18. Senapan
19. Remaja
20. Manusia
21. Memukul
22. Laptop
23. Telepon
24. Tas
25. Sepatu
3. Satuan
gramatik berupa frasa
Frase
adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdiri
dari subyek dan predikat Ciri-ciri frasa
ada tiga, yaitu:
a.Terdiri dari dua kata atau lebih,
b.Tidak melampaui batas fungsi,
c. Bisa diperluas atau disisipi dan atau yang.
Contohnya sebagai berikut ;
1. akan
datang
2. kerumah
teman
3. akan minum
4. akan tidur
5. sudah sehat
6. sehat sekali
7. sangat cantik
8. tampan
sekali
9. sangat pintar
10. usaha yang
baik
11. sedang
belajar
12. belum muncul
13. baru
menyadari
14. tidak
mandi
15. tinggi sekali
16. pendek
sekali
17. lebar sekali
18. akan
pergi
19. ingin tidur
20. minggu
lalu
21. amat
jelek
22. untuk
kamu
23. sedang
belajar
24. kurang
pandai
25. hampir
baik
4. Satuan gramatik berupa klausa
Klausa adalah tataran di dalam
sintaksis yang berada di atas tataran frase dan dibawah tataran kalimat. Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S dan P baik
disertai O, Pel, K maupun tidak. Unsur klausa berupa S dan P, sedangkan O, Pel,
dan K bukan unsur utama. S juga bisa dilesapkan sehingga unsur pokok klausa
adalah P, rumusnya adalah (S) P, (O) (Pel).
Ciri-ciri
klausa, yaitu:
a. Terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
b. Unsur klausa berupa S dan P,
c. Unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
d. Mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).
Contohnya
1.
ia sedang berkunjung kerumah teman
2.
usaha itu
sangat baik
3.
orang tua yang sudah sehat
4.
Rima membaca
buku
5.
Orang itu pindah ke Jakarta
6.
Ibu membeli susu
7.
Andi belajar di kamar
8.
Anak itu menendang bola
9.
Indra memakan nasi
10. Dian
memakan tahu
11. Anak itu
pergi kesungai
12. Ayah
membuat layang – laying
13. Lili
seorang penari
14. kami
bernyanyi bersama
15. Andi
seorang pelajar
16. merokok dapat menyebabkan kanker
17. Nirina sedang belajar
18. Saya menulis artikel itu
19. Irfan rajin mengaji
20. Zahra mendorong Ela
5. Satuan
gramatik berupa kalimat
Kalimat didefinisikan sebagai “
Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan
dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase,
dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final., misalnya
1. Siswa kelas V membuang sampah di
sembarang tempat
2. Anak itu memetik bunga-bunga di taman
3. Rina gemar bermain boneka
4. Wanita itu berhias di depan cermin
5.
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling
menyayang
6. Ketika matahari berada di ufuk
timur, ayah mencuci motor
7. Ayah mencuci motor ketika matahari
berada di ufuk timur
8. Toni
bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya
9. Bibi kesepian karena tidak mempunyai anak
10. Ketika saya membaca buku,
dia datang
11. Orang itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai
pemuda itu
12. Jika ingin berhasil dengan
baik, Anda harus
belajar dengan tekun.
13. Presiden
SBY membeli buku gambar kemaren
14. Tina membaca komik di toko buku
15. Ibu
membeli ikan di pasar baru
16. Ayah membawa tasnya ke kantor
17. Bulan lalu Bibi menjual baju
18. Kakak selalu menonton televisi setiap
sore
19. Hari ini kami bermain drama di
sekolah
20. Anna menjahit baju dengan baik
21. Tanaman itu tumbuh dengan subur di tamanku
22. Petani membajak sawah di pagi hari
23. Ibu memarahi Dodi karena kenakalannya
24. Mahasiswa
berdiskusi di dalam kelas.
25. Ibu
mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
6. Satuan
gramatik berupa wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang
membawa amanat yang lengkap. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan
yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya.Misalnya ;
1. Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir
tidak dapat diramalkan karena hal itu amat bergantung pada perkembangan
kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi sebuah kata yang dulu
amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang akan
datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.
Contoh paragraph di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.
Contoh paragraph di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.
Adapun contoh lain dari wacana
adalah sebagai berikut
2. Jika melihat kejadian beberapa hari
kebelakang, banyak peristiwa yang membuat bulu kuduk kita merinding dan hati
pun bergetar, tanpa terasa air mata kesedihan pun bercucuran. Kita pun sedih an
menangis, begitu bahyak bencana yang terjadi di bumi nusantara yang kita
cintai. Kejadian ini bukan hanya disaksikan di layar atau mendengar dalam radio
bahkan kita melihatnya dengan mata kepala sendiri.Di mulai dari bencana yang
diakibatkan kecelakaan pesawat yang mengakibatkan ratusan korban jiwa ditambah
dengan kerugian materil yang sangat luar biasa besar.Sementara itu, pemerintah
menaikkan harga BBM yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang
sangat fantastis 120% kenaikannya.Kenaikan BBM ini juga bertepatan dengan umat
Islam yang mayoritas pendudukan Indonesia memasuki bulan Ramadhan yang biasanya
diikuti oleh harga-harga kebutuhan pokok akan meningkat tajam.Genaplah sudah
penderitaan masyarakat. Sekali lagi air mata kesedihan semakin bercengkrama
dengan mesra, dan seolah-olah tidak mau lepas dari kehidupan rakyat Indonesia
ini.Biasanya saya hanya terdiam, sebab memang tidak ada alasan yang terlalu
jelas, tambahnya.Yang dirasakannya, adalah memang hanya sebuah kenyataan bahwa
negeri ini sedang melintasi sebuah persimpangan sejarah yang rumit.Kendati
demikian, menurut pendapatnya, krisis dan bencana yang melilit setiap sudut
kehidupan negeri ini tidak perlu ditakuti dan dirisaukan, sebab itu adalah
takdir semua bangsa.Hal yang sangat memiriskan hati adalah bahwa pada saat
krisis dan bencana besar ini terjadi, justru negeri kita mengalami kelangkaan
pahlawan.
3. Biasanya orang singgah ke restoran
ingin mencari makanan enak, mereka ingin mengenyangkan perut yang lapar dengan
menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha “mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya kalangan tertentu ini.
Pengusaha restoran tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung. Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.Dengan adanya inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan mendesain inding restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup datang ke restoran, duduk santai dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.Ternyata adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi bagi banyak seniman melakukan pameran lukisan di restoran. Hanya itu dilakukan sebagai penyegaran sekaligus mencari suasana baru, keuntungan dinding restoran dihiasi dengan lukisan, kalau sudah bosan bisa diganti.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha “mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya kalangan tertentu ini.
Pengusaha restoran tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung. Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.Dengan adanya inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan mendesain inding restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup datang ke restoran, duduk santai dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.Ternyata adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi bagi banyak seniman melakukan pameran lukisan di restoran. Hanya itu dilakukan sebagai penyegaran sekaligus mencari suasana baru, keuntungan dinding restoran dihiasi dengan lukisan, kalau sudah bosan bisa diganti.
4. Secara umum
tugas dari guru untuk siswa dinamakan PR atau pekerjaan rumah. PR meliputi
berbagai bidang studi,seperti matematika,menggambar, keterampilan, dan agama.PR
diberikan agar anak melatih diri di rumah dan belajar sendiri tanpa bantuan
guru. Tidak ada salahnya jika seorang anak menanyakan satu atau dua soal yang
kurang di pahaminya. Jika anak bertanya mengenai semua soal, jelas ia tidak
menangkap guru di dalam kelas, berarti perhatian anak terbagi kemasalah lain di
luar kelas. PR dapat juga di kerjakan secara berkelompok.
Namun, yang lebih efisien tentulah kelompok kecil yang terdiri atas dua atau
tiga orang. Namun, yang lebih baik apabila PR itu di kerjakan sendiri. Setelah
masing-masing selesai, barulah di periksa bersama kelompok dan hasilnya dapat
menunjukkan kemampuan individu. Yang terburuk jika anak tidak membuat PR atau
hanya mencontoh atau menjiplak pekerjaan teman yang pandai. Hal itu justru akan
merugikan siswa itu sendiri. Guru akan sangat kecewa apabila siswa tidak
menerjakan PR yang diberikannya. Guru memberikan PR bertujuan agar siswa secara
tidak langsung belajar di rumah bukan merupakan suatu hukuman. Namun,hal itu
merupakn rasa tanggung jaeab seorang murid terhadap tugas yang di berikan oleh
guru. PR adalah salah satu bentuk belajar. Jadi tanpa PR anak harus tetap
menyisihkan waktu untuk belajar setiap hari dengan teratur dan penuh tanggung
jawab. Orang tua yang selalu memperhatikan kegiatan belajar putra-putrinya akan
sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya.Banyak guru sependapat bahwa
anak-anak yang rajin membuat PR apabila ulangan mereka akan mendapatkan nilai
yang memuaskan. Sayangnya, justru anak-anak yang pandailah lebih rajin membuat
PR daripada anak-anak yang kurang pandai. Ada anak yang kurang pandai,
tetapi rajin membuat PR. Namun, banyak pekerjaannya yang salah sehingga menjadi
malas. Anak model itu harus dibimbing dan selalu didekati.
Sesungguhnya tidak ada anak yang pandai secara tiba-tiba atau dalam waktu yang
sangat pendek. Semua keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap melalui
kerja keras yang dibina sejak kecil dan berkelanjutan terus-menerus. Tidak ada
salahnya apabila kita membiasakan diri untuk bekerja keras sejak usia dini dan
menghargai waktu serta menggunakannya dengan baik.latihan ini akan bermanfaat.
Menurut Jhon
Lyons , ada tiga satuan deskripsi gramatikal yakni ;
·
Kalimat
·
Kata
·
Morfem
Diantara kata dan kalimat , ada dua satuan lain yang
diakui oleh tata bahasa yakni Frasa dan Klausa. Secara tradisional, perbedaan
antara kedua satuan ini adalah satu kelompok kata yang secara gramatikal
sepadan dengan satu kata dan yang tidak mempunyai subjek dan predikat. Maka ,
frasa dan klausa pada tata bahasa tradisional adalah satuan – satuan sekunder
yang didefinisikan menurut kesepadannya dengan satuan – satuan primer, kata dan
kalimat.
Hubungan antara kelima satuan
deskripsi gramatikal adalah hubungan komposisi. Jika “kalimat” kita sebut
satuan paling tinggi dan morfem kita sebut satuan “ paling rendah”, kita dapat
mengatur kelima satuan itu pada skala tataran ( kalimat , klausa, frasa , kata
dan morfem), dengan mengatakan bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi tatarannya terbentuk dari satuan – satuan yang
paling rendah tatarannya. Dengan kata lain bahwa satuan – satuan yang lebih
tinggi tatarannya dapat dianalisis menjadi satuan – satuan yang paling rendah
tatarannya.
2.2 Satuan Gramatik Bebas dan
Terikat
Dalam
tuturan biasa , diantara satuan – satuan gramatik ada yang dapat berdiri
sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terikat pada
satuan lain.
Contoh
satuan gramatik bebas atau yang dapat berdiri sendiri yaitu ;
1. rumah,
2. sepeda,
3. jalan,
4. kunci,
5. gembok ,
6. kancing,
7. rok
,
8. buku,
9. celana,
10. pakaian
,
11. pintu,
12. pohon,
13. meja
,
14. lemari,
15. televisi,
16. pulpen,
17. laptop ,
18. sapu,
19. ibu,
20. bapak,
21. saya
,
22. kamu,
23. kita,
24. dia
25. akan
Ada
juga satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa,
melainkan selalu terikat pada satuan lain,
Misalnya :
1
ber-
+ jalan à berjalan
2
meN-
+ tulis à menulis
3
peN-
+ lukis à pelukis
4
ke-an
+ raja à kerajaan
5
ber-
+ sepeda à besepeda
6
meN-
+ kalah à mengalah
7
ber- + lari à berlari
8
ber- +
rantai à berantai
9
peN- + baca à pembaca
10 peN- + garis à penggaris
11 peN-
+ cukur
à pencukur
12 peN- + bantu à pembantu
13 meN- +
lerai à melerai
14 peN-
+
bom à pengebom
15 meN- +
fitnah à memfitnah
Disamping itu ada yang
secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan – satuan yang dalam
tuturan biasa dapat berdiri sendiri, dikatakan satuan gramatik bebas terikat
sintaksis, misalnya ; dari, kepada, sebagai, karena, meskipun, sangat, amat.
Dapat dilihat jajarannya sebagai berikut
-
dari pasar
-
dari suatu pasar
-
dari dua buah toko
-
dari toko
-
dari suatu toko
-
dari dua buah toko
-
hampir semua toko
-
sangat cantik
-
sangat cantik sekali
-
sangat baik menarik sekali
-
berjalanlah
-
berjalan cepatlah
-
berjalan ke utaralah
-
berjalan ke utara sajalah
Bentuk dari kelihatannya terikat pada toko, tetapi dengan
adanya frasa dari suatu toko, dua buah toko, dan dari hampir
semua toko, jelaslah bahwa bentuk dari secara gramatik dapat
dipisahkan dari toko.demikian pula dengan bentuk lah pada berjalanlah.
Bentuk ini kelihatannya terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya frasa berjalan
cepatlah, berjalan ke utaralah, berjalan ke utara sajalah,
jelaslah bahwa lah secara gramatik tidak terikat pada berjalan.
Bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, per-, -kan, –an, -i, ke-an,
per-an, dan sebagainya, jelas tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam tuturan
biasa, maupun secara gramatik. Bentuk-bentuk tersebut bersama dengan bentuk
lain membentuk bentuk kata, misalnya ber- bersama dengan jalan
membentuk kata berjalan, ter- bersama dengan pandai membentuk
kata terpandai, men- dengan alir membentuk mengalir,
dan sebagainya. Dilihat dari sudut arti satuan – satuan tersebut tidak memiliki
art ileksikal, akan tetapi memiliki arti gramatikal atau makna. Karena itu,
bentuk-bentuk seperti ber-, ter-, men-, dan sebagainya itu termasuk dalam
golongan afiks.
Bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau,
dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri, dan
secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah bahwa bentuk-bentuk itu
termasuk golongan bentuk terikat, namun demikian, ada perbedaan antara bentuk
terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara bentuk-bentuk ber-, ter-,
men-, dan sebagainya. Perbedaannya ialah bentuk ku, mu, nya,
dan sebagainya memiliki arti leksikal. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ku,
mu, nya, dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks,
melainkan termasuk golongan yang dimaksud klitik. Klitik dapat dibedakan
menjadi dua golongan ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka,
misalnya ku, pada kuambil, kau pada kauambil,
sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku,
mu pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Bentuk juang misalnya dalam berjuang, perjuangan,
pejuang, memperjuangkan, bentuk temu misalkan dalam bertemu,
pertemuan, menemukan, menemui, penemuan, juga
merupakan bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa,
dan secara gramatik tidak memiliki sifat sebab.
Namun demikian, bentuk-bentuk itu tidak dapat dimasukkan ke
dalam golongan afiks maupun klitik karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat
tersendiri ialah dapat dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada
bentuk-bentuk berjuang, bertemu dan sebagainya. Karena itu,
bentuk-bentuk itu merupakan golongan tersendiri yang disebut pokok kata.
Bentuk-bentuk lain yang dapat dimasukkan ke dalam golongan pokok kata ialah alir,
ketahu, sandar, puluh, rangkak, dan sebagainya.
(Ramlan, 1985: 25-28).
2.3 Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks
Kalau
satuan kuda dibandingkan dengan berkuda, maka akan ternyata bahwa
kedua bentuk itu berbeda. Perbedaannya ialah bentuk kuda, tidak mungkin
dapat diuraikan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Dengan kata lain, bentuk kuda
tidak mempunyai bentuk yang lebih kecil lagi. Kita dapat menguraikan bentuk kuda
menjadi ku dan da akan tetapi dalam kaitannya dengan bentuk kuda,
ku dan da tersebut tidaklah merupakan satuan-satuan yang
mengandung arti. Jadi, bukan bentuk linguistik. Lain halnya dengan bentuk berkuda.
Bentuk tersebut dapat diuraikan menjadi bentuk-bentuk yang lebih kecil, yakni
ber- yang berarti “memakai” atau “memiliki” dan kuda “sebangsa binatang
yang berkaki empat”. Jadi dapat dikatakan bahwa bentuk berkuda terdiri
atas dua bentuk yang lebih kecil daripada bentuk berkuda itu sendiri.
(Prawirasumantri, 1985: 115).
Contoh lain jika satuan sepeda dibandingkan dengan
bersepeda, bersepeda di luar kota, ia membeli sepeda baru,
ternyata ada perbedaannya. Perbedaannya ialah bahwa satuan-satuan sepeda tidak
mempunyai satuan yang lebih kecil lagi; berbeda dengan bersepeda, yang
sebenarnya terdiri dari satuan ber- dan sepeda; bersepeda ke
luar kota, yang terdiri dari satuan ber- dan sepeda, ke,
luar, dan kota; dan berbeda pula dengan satuan ia membeli
sepeda baru, yang terdiri dari satuan ia, men-, beli, sepeda,
dan baru.
Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih
kecil lagi itu disebut bentuk tunggal, sedangkan satuan yang terdiri dari
satuan-satuan yang lebih kecil disebut bentuk kompleks. Satuan-satuan ber-,
sepeda, ke, luar, kota, ia, men, beli,
dan baru, masing-masing merupakan bentuk tunggal, sedangkan
satuan-satuan bersepeda, bersepeda ke luar kota, ia membeli
sepeda baru, merupakan bentuk kompleks (Ramlan, 1985: 25).
2.4
Morfem, Morf, alomor dan Kata
Morfem
adalah unsure yang terkecil secara individual mengandung pengertian dalam
ujaran seseuatu bahasa ( Hockett, 1958 ). Morfem pun dapat pula dibatasi secar negative,
misalnya : “ suatu bentuk linguistic yang tidak mempunyai hubungann secara
fonetik – semantic dengan bentuk lain adalah bentuk sederhana atau
morfem”(Bloomfield,1955).
Setiap bentuk tunggal, baik termasuk golongan satauan bebas,
maupun terikat, merupakan satu morfem. Satuan-satuan rumah, sepeda, jalan,
ber-, meN-, di-, maha-, juang, lah, dan sebagainya masing-masing merupakan
satu morfem. Satuan bersepeda, terdiri dari dua morfem, yaitu morfem ber-
dan morfem sepeda; satuan bersepeda ke luar kota terdiri dari
lima morfem, yaitu ber-, sepeda, ke, luar, dan kota. Jadi yang
dimaksud morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik
yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.
Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik,
misalnya baca, yang fonem-fonemnya, banyaknya fonem serta urutannya
selalu demikian, ialah terdiri empat fonem, yaitu /b, a, c, a/ dengan urutan
fonem /b/ di muka sekali, diikuti /a/, /c/, dan /a/. Tetapi di samping itu, ada
pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem meN-
yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan
me-, misalnya pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, mengebom, dan
melerai. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-
tersebut masing-masing disebut sebagai morf, yang semuanya merupakan alomorf
dari morfem meN-. Demikianlah morfem meN- mempunyai morf-morf mem-,
men-, meny-, meng-, menge-, dan me- sebagai alomorfnya.
Di samping istilah morfem, morf, dan alomorf,
terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan
fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu
atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem.
Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar.
Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan
jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh
fonem, ialah /b, e, l, a, j, a, r/.
Satuan-satuan ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam
tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik juga tidak
mempunyai kebebasan. Jelaslah satuan-satuan itu termasuk golongan satuan
terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara satuan-satuan itu dengan
satuan-satuan ber-, ter-, meN-, dan sebagainya yang tidak memiliki arti
leksikal. Karena itu, satuan-satuan seperti ku, mu, nya, dan lainnya,
tidak dimasukkan ke dalam golongan afiks, melainkan termasuk golongan klitik.
Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, ialah proklitik dan
enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku pada kuambil, kau pada
kauambil, sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu
pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Satuan juang, misalnya dalam berjuang, perjuangan,
pejuang, memperjuangkan, satuan temu dalam bertemu, pertemuan,
menemukan, mempertemukan, penemuan, juga merupakan satuan yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak mempunyai sifat
bebas. Namun demikian, satuan-satuan itu tidak dapat dimasukkan ke dalam
golongan afiks maupun klitik, karena satuan-satuan itu memiliki sifat tersendiri,
yaitu dapat dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada satuan-satuan berjuang,
pejuang, bertemu, dan sebagainya. Karena itu, satuan-satuan itu merupakan
golongan tersendiri yang di sebut sebagai pokok kata. Satuan-satuan lain
yang dapat dimasukkan ke dalam gologan pokok kata ialah, alir, sandar, baca,
ambil, perbesar, pertiga, ketahu, jabat, main, rangkak, dan masih banyak
lagi
Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan
satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa
suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar
terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be
terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan jar
terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem,
ialah /b, e, l, a, j, a, r/.
Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau
beberapa morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem, yaitu morfem ber-
dan morfem ajar, kata terpelajar terdiri dari tiga morfem, yaitu ter-,
per-, dan morfem ajar.
Yang dimaksud kata adalah satuan bebas yang paling kecil,
atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Jadi
satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan, kedudukan, negara,
negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan, berkepemimpinan, ruang, ruangan,
buku, ketidakadilan, dan sebagainya, masing-masing merupakan kata karena
masing-masing nerupakan satuan bebas.
Satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena,
meskipun, lah, dan sebagainya, juga termasuk golongan kata. Satuan-satuan
tersebut, meskipun tidak merupakan satuan bebas, tetapi secara gramatik
mempunyai sifat bebas seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan terdahulu.
Satuan-satuan rumah makan, kamar mandi, kamar tidur, mata
pelajaran, kepala batu, keras hati, keras kepala, panjang tangan, dan
sebagainya, sekalipun terdiri dari dua satuan bebas, juga termasuk golongan
kata, karena satuan-satuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang
membedakan dirinya dari frasa.
BAB III
KESIMPULAN
Satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal
maupun arti gramatik disebut satuan gramatik. Satuan gramatik itu dapat berupa
kalimat, klausa, frasa, kata, morfem. Satuan gramatik berupa morfem, misalnya ber-,
ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang, sedang, baca,
baru, mungkin berupa kata misalnya rumah, membawa, diketahui, lempar
lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa frasa, misalnya akan datang,
kerumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, mungkin pula berupa
klausa, misalnya Ia sedang berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik,
orang tuanya sudah sehat, mungkin juga berupa kalimat, misalnya Kami
berlari di pagi hari., dan mungkin pula berupa wacana.
Daftar Pustaka
Pasaribu,
Elfrida( 2014).Morfologi,diktat.Pematangsiantar
http://ahmadalirosidi.blogspot.com/2012/04/bab-ii-satuan-satuan-gramatikal-padabab.htmlhttp://royaap.blog.ugm.ac.id/2010/10/30/satuan-satuan-gramatik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar