Jumat, 10 Oktober 2014

morfologi - satuan gramatik


Satuan Gramatik


Disusun oleh  :
          NOVI APRILIANI ANGGRAINI  13110050

Dosen pengasuh        : Dra. Elfrida Pasaribu
Grup                               :       a 
MATA KULIAH                          : MORFOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANG SIANTAR
2014







KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih – Nya kami dapat menulis makalah. Terima kasih kepada Dosen Dra.Elfrida Pasaribu  yang memberi kesempatan kepada kami untuk menulis makalah ini. Adapun makalah kami adalah satuan gramatik.Makalah ini disususun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti mata kuliah Morfologi
            Kiranya makalah ini dapat membantu dalam mengikuti mata kuliah Morfologi


Pematang Siantar,  September 2014






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I     PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II    PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
2.1 Pengertian satuan gramatik................................................................................ 2
            2.2 Satuan gramatik bebas dan terikat..................................................................... 13
2.3 Bentuk Tunggal dan bentuk komples....................................................... ......... 17
2.4 Morfem, morf, alomorf dan kata.............................................................. ......... 18
BAB III   KESIMPULAN...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 23




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Morfologi mengkaji morfem dan seluk beluknya, dan sudah banyak dibicarakan oleh para Linguist.
            Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang paling besar adalah berupa kata.
            Pembicaraan tentang satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa afiks termasuk dalam bidang morfologi, sedangkan pembicaraan tentang satuan gramatik yang semua unsurnya berupa ; kata, frasa, klausa, dan kalimat termasuk dalam bidang sintaksis.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan satuan gramatik?
2.      Apa yang dimaksud dengan satuan gramatik bebas dan satuan gramatik terikat?
3.      Apa yang dimaksud dengan bentuk tunggal dan bentuk kompleks ?
4.      Apa yang dimaksud dengan morfem, morf,alomorf dan kata ?
1.3 Tujuan masalah
1.      Untuk mendeskripsikan satuan gramatik
2.      Untuk mendeskripsikan satuan gramatik bebas dan satuan gramatik terikat
3.      Untuk mendeskripsikan bentuk tunggal dan bentuk kompleks
4.      Untuk mendeskripsikan morfem, morf,alomorf dan kata


BAB II
PEMBAHAHASAN

2.1 Pengertian Gramatik
Jika kita mendengarkan tuturan seseorang atau seorang informan dengan saksama, ternyata terdapat satuan-satuan yang berulang-ulang dapat kita dengar, misalnya sepeda, bersepeda, sepeda-sepeda, bersepeda-bersepeda, bersepeda ke pasar, aku membeli sepeda, sepeda baru, dan lain sebagainya. Satuan-satuan yang mengandung arti, baik leksikal maupun arti gramatik tersebut disebut satuan gramatik. Satuan gramatik mungkin berupa morfem, misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang, sedang, baca, baru, mungkin berupa kata misalnya rumah, membawa, diketahui, lempar lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa frasa, misalnya akan datang, kerumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, mungkin pula berupa klausa, misalnya Ia sedang berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat, mungkin juga berupa kalimat, misalnya Kami berlari di pagi hari., dan mungkin pula berupa wacana.
Jelasnya, jika diurutkan satuan gramatik itu dapat berupa:
Morfem
Kata
Frasa
Klausa
Kalimat
Wacana

1.       Satuan gramatik berupa morfem
     Morfem adalah bentuk yang paling kecil yang mempunyai arti yang terdapat dalam dalam pembentukan kata dari setiap bahasa. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel dan kata dasar.Jika ditinjau dari segi bentuknya,kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujudnya hanya sebagai satu morfem,misalnya
1.      Imbuhan atau afiks ber-, meN-, ber-an-, ke-, ke-an-, peN-, peN-an
2.      Partikel lah-,kah-, pun-,
3.      Baju
4.      Pulpen
5.      Handuk
6.      Dari
7.      Kayu
8.      Pintu
9.      Rumah
10.  Jalan
11.  Buku
12.  Sepatu
13.  Papan tulis
14.  Hidup
15.  Sisir
16.  Penghapus
17.  Kapur
18.  Sapu
19.  Sandal
20.  Cincin
21.  Kalung
22.  Jalan
23.  Besok
24.  Anda
25.  Lahir
26.  Dapat
2.       Satuan gramatik berupa kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat, .misalnya ;
1.      Rumah
2.      Membawa
3.       Kelupaan
4.      Diketahui
5.      Mereka
6.      Mengikuti
7.      Menulis
8.      Berbicara
9.      Tanah
10.  Benda
11.   Jumlah
12.  Datang
13.  Dari
14.  Terpelajar
15.  Tidur
16.  Kemarin
17.  Diam
18.  Senapan
19.  Remaja
20.  Manusia
21.  Memukul
22.  Laptop
23.  Telepon
24.  Tas
25.  Sepatu

3.       Satuan gramatik berupa frasa
Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdiri dari subyek dan predikat Ciri-ciri frasa ada tiga, yaitu:
a.Terdiri dari dua kata atau lebih,
b.Tidak melampaui batas fungsi,
c. Bisa diperluas atau disisipi dan atau yang.
Contohnya sebagai berikut ;
1.      akan datang
2.      kerumah teman
3.       akan minum
4.      akan tidur
5.       sudah sehat
6.       sehat sekali
7.       sangat cantik
8.      tampan sekali
9.       sangat pintar
10.  usaha yang baik
11.  sedang belajar 
12.    belum muncul
13.   baru menyadari
14.   tidak mandi
15.   tinggi sekali
16.  pendek sekali
17.   lebar sekali
18.  akan pergi
19.   ingin tidur
20.  minggu lalu
21.  amat jelek
22.  untuk kamu
23.  sedang belajar
24.  kurang pandai
25.  hampir baik
4.       Satuan gramatik  berupa klausa
Klausa adalah tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan dibawah tataran kalimat. Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak. Unsur klausa berupa S dan P, sedangkan O, Pel, dan K bukan unsur utama. S juga bisa dilesapkan sehingga unsur pokok klausa adalah P, rumusnya adalah (S) P, (O) (Pel).
Ciri-ciri klausa, yaitu:
a. Terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
b. Unsur klausa berupa S dan P,
c. Unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
d. Mempunyai rumus  (S) P, (O) (Pel).

Contohnya
1.      ia sedang berkunjung kerumah teman
2.       usaha itu sangat baik
3.      orang tua yang sudah sehat
4.       Rima membaca buku
5.      Orang itu pindah ke Jakarta
6.      Ibu membeli susu
7.      Andi belajar di kamar
8.      Anak itu menendang bola
9.      Indra memakan nasi
10.  Dian memakan tahu
11.  Anak itu pergi kesungai
12.  Ayah membuat layang – laying
13.  Lili seorang penari
14.  kami bernyanyi bersama
15.  Andi seorang pelajar
16.  merokok dapat menyebabkan kanker
17.   Nirina sedang belajar
18.  Saya menulis artikel itu
19.  Irfan rajin mengaji
20.  Zahra mendorong Ela


5.       Satuan gramatik berupa kalimat
Kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final., misalnya

1.    Siswa kelas V membuang sampah di sembarang tempat
2.     Anak itu memetik bunga-bunga di taman
3.     Rina gemar bermain boneka  
4.     Wanita itu berhias di depan cermin
5.     Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayang
6.    Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor
7.    Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur
8.    Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya
9.    Bibi kesepian karena tidak mempunyai anak
10.      Ketika saya membaca buku, dia datang
11.     Orang itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu
12.      Jika ingin berhasil dengan baik, Anda harus belajar dengan tekun.
13.     Presiden SBY membeli buku gambar kemaren
14.     Tina membaca komik di toko buku
15.     Ibu  membeli  ikan di pasar baru
16.      Ayah membawa tasnya ke kantor
17.     Bulan lalu Bibi menjual baju
18.     Kakak selalu menonton televisi setiap sore  
19.     Hari ini kami bermain drama di sekolah
20.     Anna menjahit baju dengan baik
21.     Tanaman itu  tumbuh  dengan subur di tamanku
22.     Petani membajak sawah di pagi hari
23.     Ibu  memarahi Dodi karena kenakalannya
24.     Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
25.     Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
6.       Satuan gramatik berupa wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya.Misalnya ;
1.         Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.

Contoh paragraph  di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.
            Adapun contoh lain dari wacana adalah sebagai berikut
2.         Jika melihat kejadian beberapa hari kebelakang, banyak peristiwa yang membuat bulu kuduk kita merinding dan hati pun bergetar, tanpa terasa air mata kesedihan pun bercucuran. Kita pun sedih an menangis, begitu bahyak bencana yang terjadi di bumi nusantara yang kita cintai. Kejadian ini bukan hanya disaksikan di layar atau mendengar dalam radio bahkan kita melihatnya dengan mata kepala sendiri.Di mulai dari bencana yang diakibatkan kecelakaan pesawat yang mengakibatkan ratusan korban jiwa ditambah dengan kerugian materil yang sangat luar biasa besar.Sementara itu, pemerintah menaikkan harga BBM yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang sangat fantastis 120% kenaikannya.Kenaikan BBM ini juga bertepatan dengan umat Islam yang mayoritas pendudukan Indonesia memasuki bulan Ramadhan yang biasanya diikuti oleh harga-harga kebutuhan pokok akan meningkat tajam.Genaplah sudah penderitaan masyarakat. Sekali lagi air mata kesedihan semakin bercengkrama dengan mesra, dan seolah-olah tidak mau lepas dari kehidupan rakyat Indonesia ini.Biasanya saya hanya terdiam, sebab memang tidak ada alasan yang terlalu jelas, tambahnya.Yang dirasakannya, adalah memang hanya sebuah kenyataan bahwa negeri ini sedang melintasi sebuah persimpangan sejarah yang rumit.Kendati demikian, menurut pendapatnya, krisis dan bencana yang melilit setiap sudut kehidupan negeri ini tidak perlu ditakuti dan dirisaukan, sebab itu adalah takdir semua bangsa.Hal yang sangat memiriskan hati adalah bahwa pada saat krisis dan bencana besar ini terjadi, justru negeri kita mengalami kelangkaan pahlawan.
3.         Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan enak, mereka ingin mengenyangkan perut yang lapar dengan menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha “mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya kalangan tertentu ini.
Pengusaha restoran tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung. Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.Dengan adanya inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan mendesain inding restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup datang ke restoran, duduk santai dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.Ternyata adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi bagi banyak seniman melakukan pameran lukisan di restoran. Hanya itu dilakukan sebagai penyegaran sekaligus mencari suasana baru, keuntungan dinding restoran dihiasi dengan lukisan, kalau sudah bosan bisa diganti.
4.         Secara umum tugas dari guru untuk siswa dinamakan PR atau pekerjaan rumah. PR meliputi berbagai bidang studi,seperti matematika,menggambar, keterampilan, dan agama.PR diberikan agar anak melatih diri di rumah dan belajar sendiri tanpa bantuan guru. Tidak ada salahnya jika seorang anak menanyakan satu atau dua soal yang kurang di pahaminya. Jika anak bertanya mengenai semua soal, jelas ia tidak menangkap guru di dalam kelas, berarti perhatian anak terbagi kemasalah lain di luar kelas.     PR dapat juga di kerjakan secara berkelompok. Namun, yang lebih efisien tentulah kelompok kecil yang terdiri atas dua atau tiga orang. Namun, yang lebih baik apabila PR itu di kerjakan sendiri. Setelah masing-masing selesai, barulah di periksa bersama kelompok dan hasilnya dapat menunjukkan kemampuan individu. Yang terburuk jika anak tidak membuat PR atau hanya mencontoh atau menjiplak pekerjaan teman yang pandai. Hal itu justru akan merugikan siswa itu sendiri. Guru akan sangat kecewa apabila siswa tidak menerjakan PR yang diberikannya. Guru memberikan PR bertujuan agar siswa secara tidak langsung belajar di rumah bukan merupakan suatu hukuman. Namun,hal itu merupakn rasa tanggung jaeab seorang murid terhadap tugas yang di berikan oleh guru. PR adalah salah satu bentuk belajar. Jadi tanpa PR anak harus tetap menyisihkan waktu untuk belajar setiap hari dengan teratur dan penuh tanggung jawab. Orang tua yang selalu memperhatikan kegiatan belajar putra-putrinya akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya.Banyak guru sependapat bahwa anak-anak yang rajin membuat PR apabila ulangan mereka akan mendapatkan nilai yang memuaskan. Sayangnya, justru anak-anak yang pandailah lebih rajin membuat PR  daripada anak-anak yang kurang pandai. Ada anak yang kurang pandai, tetapi rajin membuat PR. Namun, banyak pekerjaannya yang salah sehingga menjadi malas. Anak model itu harus dibimbing dan selalu didekati.   Sesungguhnya tidak ada anak yang pandai secara tiba-tiba atau dalam waktu yang sangat pendek. Semua keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap melalui kerja keras yang dibina sejak kecil dan berkelanjutan terus-menerus. Tidak ada salahnya apabila kita membiasakan diri untuk bekerja keras sejak usia dini dan menghargai waktu serta menggunakannya dengan baik.latihan ini akan bermanfaat.
           
Menurut Jhon Lyons , ada tiga satuan deskripsi gramatikal yakni ;
·         Kalimat
·         Kata
·         Morfem

Diantara kata dan kalimat , ada dua satuan lain yang diakui oleh tata bahasa yakni Frasa dan Klausa. Secara tradisional, perbedaan antara kedua satuan ini adalah satu kelompok kata yang secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan yang tidak mempunyai subjek dan predikat. Maka , frasa  dan klausa pada tata bahasa  tradisional adalah satuan – satuan sekunder yang didefinisikan menurut kesepadannya dengan satuan – satuan primer, kata dan kalimat.
Hubungan antara kelima satuan deskripsi gramatikal adalah hubungan komposisi. Jika “kalimat” kita sebut satuan paling tinggi dan morfem kita sebut satuan “ paling rendah”, kita dapat mengatur kelima satuan itu pada skala tataran ( kalimat , klausa, frasa , kata dan morfem), dengan mengatakan bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi  tatarannya terbentuk dari satuan – satuan yang paling rendah tatarannya. Dengan kata lain bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi tatarannya dapat dianalisis menjadi satuan – satuan yang paling rendah tatarannya.
2.2 Satuan Gramatik Bebas dan Terikat
Dalam tuturan biasa , diantara satuan – satuan gramatik ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terikat pada satuan lain.
Contoh satuan gramatik bebas atau yang dapat berdiri sendiri yaitu ;
1.      rumah,
2.      sepeda,
3.       jalan,
4.       kunci,
5.       gembok ,
6.      kancing,
7.      rok ,
8.      buku,
9.      celana,
10.  pakaian ,
11.   pintu,
12.  pohon,
13.  meja ,
14.  lemari,
15.  televisi,
16.  pulpen,
17.   laptop ,
18.  sapu,
19.  ibu,
20.  bapak,
21.  saya ,
22.  kamu,
23.  kita,
24.  dia
25.  akan
Ada juga satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, melainkan selalu terikat pada satuan lain,
Misalnya   :
1        ber-           +         jalan    à        berjalan
2        meN-        +          tulis    à        menulis
3        peN-         +          lukis    à        pelukis
4        ke-an        +         raja      à        kerajaan
5        ber-           +         sepeda à        besepeda
6        meN-        +         kalah    à        mengalah
7        ber-           +          lari       à        berlari
8        ber-                   rantai    à       berantai
9        peN-         +          baca     à        pembaca
10    peN-         +          garis     à        penggaris
11    peN-         +          cukur   à        pencukur
12    peN-         +         bantu   à       pembantu
13    meN-        +         lerai    à        melerai
14    peN-         +          bom    à        pengebom
15    meN-        +         fitnah  à       memfitnah

Disamping itu ada yang secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan – satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri, dikatakan satuan gramatik bebas terikat sintaksis, misalnya ; dari, kepada, sebagai, karena, meskipun, sangat, amat. Dapat dilihat jajarannya sebagai berikut
-          dari pasar
-          dari suatu pasar
-          dari dua buah toko

-          dari toko                           
-          dari suatu toko                 
-          dari dua buah toko
-          hampir semua toko           
     
-          sangat cantik
-          sangat cantik sekali
-          sangat baik menarik sekali

-          berjalanlah
-          berjalan cepatlah
-          berjalan ke utaralah
-          berjalan ke utara sajalah


Bentuk dari kelihatannya terikat pada toko, tetapi dengan adanya frasa dari suatu toko, dua buah toko, dan dari hampir semua toko, jelaslah bahwa bentuk dari  secara gramatik dapat dipisahkan dari toko.demikian pula dengan bentuk lah pada berjalanlah. Bentuk ini kelihatannya terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya frasa berjalan cepatlah, berjalan ke utaralah, berjalan ke utara sajalah, jelaslah bahwa lah secara gramatik tidak terikat pada berjalan.
Bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, per-, -kan, –an, -i, ke-an, per-an, dan sebagainya, jelas tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam tuturan biasa, maupun secara gramatik. Bentuk-bentuk tersebut bersama dengan bentuk lain membentuk bentuk kata, misalnya ber- bersama dengan jalan membentuk kata berjalan, ter- bersama dengan pandai membentuk kata terpandai, men- dengan alir membentuk mengalir, dan sebagainya. Dilihat dari sudut arti satuan – satuan tersebut tidak memiliki art ileksikal, akan tetapi memiliki arti gramatikal atau makna. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ber-, ter-, men-, dan sebagainya itu termasuk dalam golongan afiks.
Bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah bahwa bentuk-bentuk itu termasuk golongan bentuk terikat, namun demikian, ada perbedaan antara bentuk terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, dan sebagainya. Perbedaannya ialah bentuk ku, mu, nya, dan sebagainya memiliki arti leksikal. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ku, mu, nya, dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks, melainkan termasuk golongan yang dimaksud klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku, pada kuambil, kau pada kauambil, sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Bentuk juang misalnya dalam berjuang, perjuangan, pejuang, memperjuangkan, bentuk temu misalkan dalam bertemu, pertemuan, menemukan, menemui, penemuan, juga merupakan bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan secara gramatik tidak memiliki sifat sebab.
Namun demikian, bentuk-bentuk itu tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks maupun klitik karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat tersendiri ialah dapat dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada bentuk-bentuk berjuang, bertemu dan sebagainya. Karena itu, bentuk-bentuk itu merupakan golongan tersendiri yang disebut pokok kata. Bentuk-bentuk lain yang dapat dimasukkan ke dalam golongan pokok kata ialah alir, ketahu, sandar, puluh, rangkak, dan sebagainya. (Ramlan, 1985: 25-28).
2.3  Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks
Kalau satuan kuda dibandingkan dengan berkuda, maka akan ternyata bahwa kedua bentuk itu berbeda. Perbedaannya ialah bentuk kuda, tidak mungkin dapat diuraikan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Dengan kata lain, bentuk kuda tidak mempunyai bentuk yang lebih kecil lagi. Kita dapat menguraikan bentuk kuda menjadi ku dan da akan tetapi dalam kaitannya dengan bentuk kuda, ku dan da tersebut tidaklah merupakan satuan-satuan yang mengandung arti. Jadi, bukan bentuk linguistik. Lain halnya dengan bentuk berkuda. Bentuk tersebut dapat diuraikan menjadi bentuk-bentuk yang lebih kecil, yakni ber- yang berarti “memakai” atau “memiliki” dan kuda “sebangsa binatang yang berkaki empat”. Jadi dapat dikatakan bahwa bentuk berkuda terdiri atas dua bentuk yang lebih kecil daripada bentuk berkuda itu sendiri. (Prawirasumantri, 1985: 115).
Contoh lain jika satuan sepeda dibandingkan dengan bersepeda, bersepeda di luar kota, ia membeli sepeda baru, ternyata ada perbedaannya. Perbedaannya ialah bahwa satuan-satuan sepeda tidak mempunyai satuan yang lebih kecil lagi; berbeda dengan bersepeda, yang sebenarnya terdiri dari satuan ber- dan sepeda; bersepeda ke luar kota, yang terdiri dari satuan ber- dan sepeda, ke, luar, dan kota; dan berbeda pula dengan satuan ia membeli sepeda baru, yang terdiri dari satuan ia, men-, beli, sepeda, dan baru.
Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi itu disebut bentuk tunggal, sedangkan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil disebut bentuk kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke, luar, kota, ia, men, beli, dan baru, masing-masing merupakan bentuk tunggal, sedangkan satuan-satuan bersepeda, bersepeda ke luar kota, ia membeli sepeda baru, merupakan bentuk kompleks (Ramlan, 1985: 25).
2.4 Morfem, Morf, alomor dan Kata
            Morfem adalah unsure yang terkecil secara individual mengandung pengertian dalam ujaran seseuatu bahasa ( Hockett, 1958 ). Morfem pun dapat pula dibatasi secar negative, misalnya : “ suatu bentuk linguistic yang tidak mempunyai hubungann secara fonetik – semantic dengan bentuk lain adalah bentuk sederhana atau morfem”(Bloomfield,1955).
Setiap bentuk tunggal, baik termasuk golongan satauan bebas, maupun terikat, merupakan satu morfem. Satuan-satuan rumah, sepeda, jalan, ber-, meN-, di-, maha-, juang, lah, dan sebagainya masing-masing merupakan satu morfem. Satuan bersepeda, terdiri dari dua morfem, yaitu morfem ber- dan morfem sepeda; satuan bersepeda ke luar kota terdiri dari lima morfem, yaitu ber-, sepeda, ke, luar, dan kota. Jadi yang dimaksud morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.
Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik, misalnya baca, yang fonem-fonemnya, banyaknya fonem serta urutannya selalu demikian, ialah terdiri empat fonem, yaitu /b, a, c, a/ dengan urutan fonem /b/ di muka sekali, diikuti /a/, /c/, dan /a/. Tetapi di samping itu, ada pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem meN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-, misalnya pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, mengebom, dan melerai. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- tersebut masing-masing disebut sebagai morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Demikianlah morfem meN- mempunyai morf-morf mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- sebagai alomorfnya.
Di samping istilah morfem, morf, dan alomorf, terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem, ialah /b, e, l, a, j, a, r/.
Satuan-satuan ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah satuan-satuan itu termasuk golongan satuan terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara satuan-satuan itu dengan satuan-satuan ber-, ter-, meN-, dan sebagainya yang tidak memiliki arti leksikal. Karena itu, satuan-satuan seperti ku, mu, nya, dan lainnya, tidak dimasukkan ke dalam golongan afiks, melainkan termasuk golongan klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku pada kuambil, kau pada kauambil, sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Satuan juang, misalnya dalam berjuang, perjuangan, pejuang, memperjuangkan, satuan temu dalam bertemu, pertemuan, menemukan, mempertemukan, penemuan, juga merupakan satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak mempunyai sifat bebas. Namun demikian, satuan-satuan itu tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks maupun klitik, karena satuan-satuan itu memiliki sifat tersendiri, yaitu dapat dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada satuan-satuan berjuang, pejuang, bertemu, dan sebagainya. Karena itu, satuan-satuan itu merupakan golongan tersendiri yang di sebut sebagai pokok kata. Satuan-satuan lain yang dapat dimasukkan ke dalam gologan pokok kata ialah, alir, sandar, baca, ambil, perbesar, pertiga, ketahu, jabat, main, rangkak, dan masih banyak lagi
Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem, ialah /b, e, l, a, j, a, r/.
Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem, yaitu morfem ber- dan morfem ajar, kata terpelajar terdiri dari tiga morfem, yaitu ter-, per-, dan morfem ajar.
Yang dimaksud kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan, kedudukan, negara, negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan, berkepemimpinan, ruang, ruangan, buku, ketidakadilan, dan sebagainya, masing-masing merupakan kata karena masing-masing nerupakan satuan bebas.
Satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan sebagainya, juga termasuk golongan kata. Satuan-satuan tersebut, meskipun tidak merupakan satuan bebas, tetapi secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan terdahulu.
Satuan-satuan rumah makan, kamar mandi, kamar tidur, mata pelajaran, kepala batu, keras hati, keras kepala, panjang tangan, dan sebagainya, sekalipun terdiri dari dua satuan bebas, juga termasuk golongan kata, karena satuan-satuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang membedakan dirinya dari frasa.













BAB III
KESIMPULAN

Satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik disebut satuan gramatik. Satuan gramatik itu dapat berupa kalimat, klausa, frasa, kata, morfem. Satuan gramatik berupa morfem, misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang, sedang, baca, baru, mungkin berupa kata misalnya rumah, membawa, diketahui, lempar lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa frasa, misalnya akan datang, kerumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, mungkin pula berupa klausa, misalnya Ia sedang berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat, mungkin juga berupa kalimat, misalnya Kami berlari di pagi hari., dan mungkin pula berupa wacana.











Daftar Pustaka
Pasaribu, Elfrida( 2014).Morfologi,diktat.Pematangsiantar



 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar