Sabtu, 21 Maret 2015
cerpen - perampok berseragam
PERAMPOK BERSERAGAM
Karya : Novi Apriliani
Malam itu Erin berjalan gontai menyusuri perjalanan tepi kota yang dingin, air matanya membasahi bumi tanpa henti. Pakaian putih hitam kebanggaannya kini kotor penuh noda, ditatapnya sekeliling kota yang penuh keramaian, namun dirinya tak merasakan demikian. Tatapannya kosong, tubuhnya yang lelah tak bisa menipu bahwa dirinya didalam luka yang dalam.
Cukup lama Erin berjalan dengan tak tentu arah, ia sudah tak peduli lagi dengan tatapan tajam terhadapnya, ia tak peduli bahwa dirinya tak secantik Mentari lagi. Kini harapannya hancur berkeping – keping, hal yang dinantikannya sedari kecil telah diujung tanduk. Semua yang ia perjuangkan terlahir sia – sia.
“Rin? “ Seseorang memanggilnya dengan lembut.
Sejenak langkahnya terhenti dan mencari sumber suara yang sudah tak asing lagi baginya.
“Mama? “ Erin menoleh kearah sepeda motor butut yang dikenalnya.
“Sini nak, ayo naik! “pinta wanita paruh baya itu dengan lemah
“Ma, “panggil Erin manja sembari memeluk erat .
“Sudahlah jangan menangis lagi “ ujar Ibu Dera seraya menyeka air mata Erin
“Lagi – lagi aku gagal ma “rengek Erin sambil menaiki motor tua yang berwarna merah itu. Motor pun melaju perlahan diiringi dengan isak tangis Erin yang semakin menjadi – jadi.
Ibu Dera membiarkan anaknya menangis sesukanya, sebenarnya ia tak tega melihat anak bungsunya menangis . Setelah sekian lama Erin dijaganya agar tak terluka namun semuanya menjadi malam yang mengharukan buat sebuah keluarga sederhana itu.
Tepat pukul 22.00 WIB, kedua wanita itu sampai kegubuk tua yang tinggal menunggu rubuhnya saja.Terlihat sepasang suami – istri yang merupakan tetangga dan sekaligus saudara mereka sedang menanti kehadiran Erin dan ibunya. Dengan segera Erin melemparkan segala sepatu dan tasnya yang ia kenakan sejak subuh tadi.
“Mengapa bisa seperti ini Om?” Tanya Erin menggebu – gebu dan tanpa basa – basi lagi. “aku yakin aku mampu, aku punya prestasi dan semua syarat udah kupenuhi, lalu apa kekuranganku?” Timpa Erin lagi dengan perasaan yang benar – benar geram dengan musibah yang baru saja menimpanya.
“Tak apa, ini bukan salahmmu” ujar lelaki putih yang duduk disamping Erin sembari menyulut sebatang rokok miiknya.
“Lalu? Bukankah om yang ngurus semuanya? Kenapa ini terjadi lagi?”Tanya Erin bertubi – tubi
“Eryn!! Tenang sedikit !“ Ibu Dera mencoba menenangkan
“Sabar Rin, besok Om akan tanyakan salahnya dimana dan kenapa kamu dipulangkan” kata istri Om Jono kepadaku mencoba menangkan
“Berulang kali kalian bilang kayak gitu? Mau sampe kapan kalian mempermainkan aku seperti ini? Umurku sudah tak lagi muda “ sentak Erin lagi
“Masih ada tahun depan , sudahlah semua ini bisa diurus!” ujarnya acuh tak acuh sambil menopangkan kaki kanannya di kaki krinya. Asap rokonya terus ia kepulkan diudara tanpa memikirkan perasaan Erin yang terluka.
“Ngomong enak “cetus Erin kasar “ Bagaimana kalau seandainya kalian ada diposisiku? Atau anak kalian yang ada diposisiku?”
“Begini ya Jon, Erin anakku ini sudah lama menantikan hal ini. Sedari kecil ia ingin menjadi anggota militer seperti ayahnya. Kalian tahu itu kan? Dia juga ingin seperti kamu!”sambung ibu Erin yang sedari tadi hanya menatap sinis terhadap kedua tetangganya itu.
“Om kamu pun sudah berusaha semampunya untuk kamu Rin, jadi bersabarlah sedikit” Susi mencoba membela suaminya.
“Kurang sabar apa lagi aku? Aku sudah merelakan masa muda ku hanya untuk berlatih , dasar kalian saja yang tak bersungguh – sungguh!” sentak Erin kesal. “ Kalau kalian tidak menjanjikan keberhasilan tesku, aku tak masalah, tapi kalian sepertinya mengingkarinya!”
Jono dan istrinya terdiam , mereka tak mampu berkata apa – apa. Beberapa menit kemudian mereka pamit pulang, sebelum pulang mereka pun menjanjikan hal yang sama bahwa mereka akan mengurus kepulangan Erin yang tanpa sebab.
Erin masih menangis meratapi ketidakadilan yang menimpa dirinya. Ibunya terus berusaha menenangkan, namun Erin tak mengindahkan nasehat ibunya untuk berhenti menangis. Erin memiliki potensi dan kemauan yang sejalan dengan kerja kerasnya. Tak peduli seberapa derasnya hujan, seteriknya mentari, ia tetap bersikukuh untuk mencapai impiannya. Namun tanpa disangka, Kopral Jono memanfaatkan kepolosan Ibu Dera yang memiliki hasrat yang sama dengan anaknya. Ibu Dera juga berharap agar Erin dapat diterima menjadi anggota militer seperti ayahnya. Sebagai seorang istri yang sudah lama tinggal sendiri , ia ingin anaknya menjadi penerus ayahnya untuk mempertahankan wibawa keluarganya.
Selang waktu berganti, belum ada jawaban dari Jono. Kerap kali Ibu Dera menemui dan meminta pertanggung jawaban atas kelalaian beliau, Jono beserta istrinya berusaha menghindar . Namun Ibu Dera tak menyerah, ia terus berusaha untuk menemui keluarga yang tak bertanggung jawab itu. Ia tak ingin nasib anaknya terlontang – lantung tak tentu arah. Ibu Dera takut anaknya Frustasi, karena Erin telah berulang kali mengikuti tes itu namun tetap saja gagal.
Jono yang telah dianggap sebagai saudara kandungnya telah menerima uang yang diberikan Ibu Dera, sebab Jono menanam janji yang dapat menjamin hidup anaknya. Begitulah yang terjadi diantara kedua tetangga itu. Jono menyalahgunakan uang itu demi kesenangan pribadinya, ia telah lupa bahwa Ibu Dera adalah wanita yang tak bersuami yang harus ditolongnya.
“Jadi, aku harus bagaimana?” Tanya Ibu Erin lagi disela – sela pembicaraan dirumah tetangganya Jono
“Kan sudah aku bilang masih proses!”menyentak sambil melemparkan puntung rokok kehadapan Dera.
“Aku meminta sisa uangnya untuk biaya kuliah Erin”
“Erin mau kuliah?” Tanya Susi istri Jono sambil menyuguhkan minuman kepada Dera
“Iya dia mau kuliah, karena sudah lelah mengikuti tes yang tak jelas ujungnya ini”ucap Ibu Dera acuh tak acuh
“Kuliah? Dimana”
“Nanti setelah urusan selesai uang itu akan kukembalikan!” ujar Jono sembari memasuki rumahnya dan membiarkan Ibu Dera diteras rumahnya. Merasa tersinggunglah Ibu Dera karena diperlakukan semena – mena keluarga itu kepadanya.
Ibu Dera pun mencari informasi tentang jalannya tes militer itu. Ibu Dera tak mengenal waktu, ia berusaha untuk mencari solusi untuk tekad kuat anaknya.
“Kalau Erin ada potensi, kenapa harus menyuap?”cetus sahabat karib Ibu Dera kesal karena ia menyesali apa yang terjadi kepada sahabatnya
“Aku tak tahu harus bercerita kepada siapa, dan waktu itu aku bercerita kepadanya, begitulah solusi yang ia berikan. Ia menjamin segalanya, tapi setelah semua terjadi ia malah memperlakukanku berbeda.”Ibu Dera meneteskan air matanya
“Der, sudahlah. Tak ada yang perlu kita sesali, dia memanfaatkan kesendirian dan kepolosanmu. Ini bukan salahmu, itu karena kamu tak punya tempat mencurahkan segala isi hatimu “ Ibu Ana memahami betul perasaan sahabatnya, ia tertipu dan memanfaatkan ketulusan Dera.
“Apa yang harus aku lakukan An?” Dera menyeka air matanya
“Tenanglah Der, aku punya solusi yang tepat agar dia tak lagi menyepelekanmu.” Ana tersenyum sembari memeluk sahabatnya.
Lima bulan berlalu, kehidupan Dera kini telah berubah. Ia punya anak yang membanggakan yang selalu menjaganya dari orang – orang yang tak bertanggung jawab. Dera juga menyadari bahwa uang bisa memutuskan tali persaudaraan dan tak selamanya bisa menyelesaikan masalah. Yang ia tahu bahwa uang sumber masalah, yang dapat menjerumuskannya kedalam jurang yang dalam. Maka setelah ia dan anaknya berjuang dengan sungguh – sungguh serta menyerahkan diri kepada Sang Pencipta,kini anaknya telah menjadi anggota militer yang ia cita - citakan . Luka parah yang pernah ia alami , kini telah membuahkan hasil yang membanggakan.
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar